• Home
  • About
  • Tokoh Sastra
  • Pasang Iklan
  • Surat
  • Toko Obat

Webmuara

Sains Sastra Berkarya Inovatif dan Kreatif

Pasang Iklan

  • Puisi
  • Puisi Islami
  • Puisi Cinta
  • Puisi 2
    • Puisi Mantra
    • Puisi Sahabat
    • Syair
  • Kata
    • Sajak
    • Talibun
    • Pantun
    • Gurindam
  • Artikel
  • Cerpen
Home » Cerpen » Cerpen KERENTAAN Karya Rositi

Cerpen KERENTAAN Karya Rositi

Sebuah cerpen dari seorang, panggil saja dia kak ros:


KERENTAAN
Karya: Rositi


Tangisan langit yang semalam penuh, masih meninggalkan tetesan air yang jatuh dari atap genting dan ranting flamboyan yang berada tepat di depan rumah. Hingga menjadikan udara pagi terasa begitu dingin, seolah bisa membekukan tulang yang dimiliki oleh seorang lelaki tua bernama Kusno. Tubuhnya terlihat kecil dengan kerangka tulang yang terlihat menonjol di balik kulit yang sudah keriput termakan oleh lapuknya usia. Di ranjang kayu yang ia miliki, badannya tergulung oleh kain panjang untuk menghilangkan rasa dingin yang merasuki tubuhnya saat itu. Ia tampak begitu lelah.
Tidak jauh dari tempat tidurnya terlihat kelipan lampu ublik seperti hendak kehilangan  cahayanya karena minyak yang ada di dalam botol lampu itu sudah hampir habis. Cahaya yang  redup lalu berubah terang, dan kembali redup lagi menjadikan suasana rumah seperti diskotik.
Adzan subuh sudah lama berkumandang. Lelaki tua itu perlahan-lahan bangun; Langkah kecilnya membawa lelaki tua itu ke belakang; mengambil air wudhu, lalu ia menghadap pada sang murbeng jagad. Selesai dengan segala penyerahan yang ia lakukan pada Yang Maha Segala, ia membuka jendela. Pandangan sayunya ia lemparkan ke luar rumah yang masih tampak sepi. Namun dunia sudah mulai membuka mata.Sambil memejamkan matanya yang sipit MbahKusno menghirup udara dalam-dalam.Merasakan nikmatanya kesegaran udara pagi.
Hampir setengah jam MbahKusno berdiri dekat jendela. Mengamati sekeliling dikehidupannya hingga tidak sadar bahwa matahari telah mulai memancarkan sinar hangat.Di luar rumah sudah tampak ramai.Suara kicau burung bersahutan- sahutan menambah keramaian pagi ini.Semua makhluk yang ada di bumi mulai beranjak keluar rumah untuk melakukan kegiatan masing-masing.Begitupun dengan Mbah Kusno yang langsung beranjak dari tempatnya semula menuju dapur untuk segera menyiapkan sarapan.Sekitar pukul 07.30  ia sudah harus siap di atas becak kesayangannya. Untukmengarungi hidup getir yang selama ini telah dijalaninya.Dengan nafas yang terkadang tersengal, naik turun, iaselalu mengayuh becaknya melewati jalan kamboja yang sedikit menanjak. Ketika ia tak kuat untuk mengayuhnya ia hanya bisa turun dan mendorong becaknya. Profesi sebagai tukang becak sudah dijalaninya sejak ia menikah dengan MbokDarmi. Tidak ada pilihan lain karena MbahKusno memang tidak punya keterampilan apapun. Becaknya sekarang pun terlihat tampak usang dan jadul.Telihat tak terawat.Jerujinya pun terlihat berkarat.Bukan karena MbahKusno yang malas untuk merawat atau merenovasi agar tidak ketinggalan zaman, namun MbahKusno memangtidak punya biaya untuk itu.Perawatan yang ia bisa lakukan hanyalah mengelap becaknya dengan lap basah yang memang khusus dipersiapkan untuk membersihkan debu yang menempel sebelum becak digunakan.
Hidup yang dijalaninya semakin getir saja ketika istri yang sangat disayanginya menderita sakit stroke. Berbagai cara dan jalan sudah ditempuh untuk mengobatinya. Tapi tetap saja, ia tak kunjung sembuh. Kini istrinya bagai mayat hidup yang hanya bisa membuka mata.Itupun pandangannya tampak sayu.Tubuhnya kinipun sudah mengurus.Dengan dorongan ingin mengobatkan istrinya ke rumah sakit,MbahKusno semakin semangat bekerja.Ia mengumpulkan pundi-pundi uang tiap detik, menit, dan jam. Iasama sekali tak mengenal lelah. Kondisi usia yang sudah tak muda lagi sering menjadi hambatan ketika ia sedang mengmpulkan pundi-pundi rupiah  itu. Kadang ada yang kasihan hingga tidak mau memakai jasa becaknya.Kadang ada yang mau tapi hanya berdasarkan kasihan padanya dan sekedar agar bisa memberikan sedikit rezeki pada MbahKusno.
Awalnya MbahKusno tidak mau dikasihani.Kalaupun ada yang ingin menggunakan jasa becaknya itu karena memang sudah niatnya untuk menggunakannya, bukan atas dasar karena kasihan. Tapi sekarang ia tidak bisa lagi menolak rezeki yang hanya datang karena kata kasihan. Allah telah mengatur rezeki untuk semua umat yang masih mau berusaha. Itu yang selalu menjadi dasar utama ketika ia sedang bekerja. Ketika Allah hanya menghendaki rezeki yang sedikit dan datang lewat hati nurani seseorang, maka MbahKusno tetap saja harus bersyukur.
***


Baca juga cerpen yang lain:



Posted by Wonoderyo on Minggu, 23 November 2014 - Rating: 4.5
Title : Cerpen KERENTAAN Karya Rositi
Description : Sebuah cerpen dari seorang, panggil saja dia kak ros: KERENTAAN Karya: Rositi Tangisan langit yang semalam penuh, masih menin...
Tweet

0 Response to "Cerpen KERENTAAN Karya Rositi"

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar anda!

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pasang Iklan

Video Channel

Daftar Isi

  • Anekdot (1)
  • Apresiasi Sastra (9)
  • Gurindam (2)
  • Karmina (1)
  • Makalah (4)
  • Puisi (53)
  • Sajak (2)
  • Surat Menyurat (4)
  • Syair (1)
  • Talibun (1)
  • Tips & Trik (1)

Toko Obat

  • Obat Tradisional
  • Penyakit Dalam
  • Penyakit Luar

Pantun

  • Pantun
  • Pantun Agama
  • Pantun Cinta
  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu
  • Pantun Nasehat
  • Pantun Tahun Baru
  • Pantun Teka Teki
  • Pantun Ucapan
Copyright © 2014 Webmuara - All Rights Reserved
Design by Karya Indonesia - Powered by Blogger