Sebuah cerpen dari seorang, panggil saja dia kak ros:
KERENTAAN
Karya:
Rositi
Tangisan
langit yang
semalam penuh, masih meninggalkan tetesan air yang jatuh dari atap genting dan
ranting flamboyan yang berada tepat di depan rumah. Hingga menjadikan udara
pagi terasa begitu dingin, seolah bisa
membekukan tulang yang
dimiliki oleh seorang lelaki tua bernama
Kusno. Tubuhnya terlihat kecil dengan kerangka tulang yang terlihat menonjol di
balik kulit yang sudah keriput termakan oleh lapuknya usia. Di ranjang kayu
yang ia miliki, badannya tergulung oleh kain panjang untuk menghilangkan rasa
dingin yang merasuki tubuhnya saat itu. Ia tampak begitu lelah.
Tidak
jauh dari tempat tidurnya terlihat kelipan lampu ublik seperti hendak kehilangan
cahayanya karena minyak yang ada di
dalam botol lampu itu sudah hampir habis. Cahaya yang redup lalu berubah terang, dan kembali redup
lagi menjadikan suasana rumah seperti diskotik.
Adzan
subuh sudah lama berkumandang. Lelaki tua itu perlahan-lahan bangun; Langkah
kecilnya membawa lelaki tua itu ke belakang; mengambil air wudhu, lalu ia
menghadap pada sang murbeng jagad.
Selesai dengan segala penyerahan yang ia lakukan pada Yang Maha Segala, ia
membuka jendela. Pandangan sayunya ia lemparkan ke luar rumah yang masih tampak
sepi. Namun dunia sudah mulai membuka mata.Sambil memejamkan matanya yang sipit
MbahKusno menghirup udara
dalam-dalam.Merasakan nikmatanya kesegaran udara pagi.
Hampir
setengah jam MbahKusno berdiri dekat
jendela. Mengamati sekeliling dikehidupannya hingga tidak sadar bahwa matahari telah
mulai memancarkan sinar hangat.Di luar rumah sudah tampak ramai.Suara kicau
burung bersahutan- sahutan menambah keramaian pagi ini.Semua makhluk yang ada di
bumi mulai beranjak keluar rumah untuk melakukan kegiatan masing-masing.Begitupun
dengan Mbah Kusno yang langsung
beranjak dari tempatnya semula menuju dapur untuk segera menyiapkan sarapan.Sekitar
pukul 07.30 ia sudah harus siap di atas
becak kesayangannya. Untukmengarungi hidup getir yang selama ini telah
dijalaninya.Dengan nafas yang terkadang tersengal, naik turun, iaselalu
mengayuh becaknya melewati jalan kamboja yang sedikit menanjak. Ketika ia tak
kuat untuk mengayuhnya ia hanya bisa turun dan mendorong becaknya. Profesi sebagai
tukang becak sudah dijalaninya sejak ia menikah dengan MbokDarmi. Tidak ada pilihan lain karena MbahKusno memang tidak punya keterampilan apapun. Becaknya sekarang
pun terlihat tampak usang dan jadul.Telihat
tak terawat.Jerujinya pun terlihat berkarat.Bukan karena MbahKusno yang malas untuk merawat atau merenovasi agar tidak
ketinggalan zaman, namun MbahKusno
memangtidak punya biaya untuk itu.Perawatan yang ia bisa lakukan hanyalah
mengelap becaknya dengan lap basah yang memang khusus dipersiapkan untuk
membersihkan debu yang menempel sebelum becak digunakan.
Hidup
yang dijalaninya semakin getir saja ketika istri yang sangat disayanginya
menderita sakit stroke. Berbagai cara
dan jalan sudah ditempuh untuk mengobatinya. Tapi tetap saja, ia tak kunjung
sembuh. Kini istrinya bagai mayat hidup yang hanya bisa membuka mata.Itupun
pandangannya tampak sayu.Tubuhnya kinipun sudah mengurus.Dengan dorongan ingin
mengobatkan istrinya ke rumah sakit,MbahKusno
semakin semangat bekerja.Ia mengumpulkan pundi-pundi uang tiap detik, menit,
dan jam. Iasama sekali tak mengenal lelah. Kondisi usia yang sudah tak muda
lagi sering menjadi hambatan ketika ia sedang mengmpulkan pundi-pundi rupiah itu. Kadang ada yang kasihan hingga tidak mau
memakai jasa becaknya.Kadang ada yang mau tapi hanya berdasarkan kasihan
padanya dan sekedar agar bisa memberikan sedikit rezeki pada MbahKusno.
Awalnya
MbahKusno tidak mau
dikasihani.Kalaupun ada yang ingin menggunakan jasa becaknya itu karena memang
sudah niatnya untuk menggunakannya, bukan atas dasar karena kasihan. Tapi
sekarang ia tidak bisa lagi menolak rezeki yang hanya datang karena kata
kasihan. Allah telah mengatur rezeki untuk semua umat yang masih mau berusaha.
Itu yang selalu menjadi dasar utama ketika ia sedang bekerja. Ketika Allah hanya
menghendaki rezeki yang sedikit dan datang lewat hati nurani seseorang, maka MbahKusno tetap saja harus bersyukur.
***
Baca juga cerpen yang lain:
Title : Cerpen KERENTAAN Karya Rositi
Description : Sebuah cerpen dari seorang, panggil saja dia kak ros: KERENTAAN Karya: Rositi Tangisan langit yang semalam penuh, masih menin...